Asal Mula Padi
Pada jaman dahulu, dunia dipimpin oleh para dewa yang dikepalai oleh Batara Guru. Suatu hari Batara Guru ingin mendirikan balai pertemuan. Untuk mencapai maksud tersebut, para dewa diserahi tugas menyerahkan bahan-bahan bangunan. Ada yang mendapat tugas menyerahkan pasir, genting, batu bata, kapur, paku dan bahan-bahan lainnya.
Semua dewa menurutinya, tapi ada satu yang terlihat bingung. Ia adalah dewa yang bernama Dewa Anta. Ia sangat sedih karena tidak dapat menyerahkan salah satu bahan bangunan yang menjadi kewajibannya. Hal ini disebabkan karena Dewa Anta tidak mempunyai tangan dan kaki. Karena Dewa Anta adalah seekor ular.
Pada hari yang sudah ditentukan untuk menyerahkan bahan bangunan, Dewa Anta tidak kunjung datang. Dewa yang lain, yaitu Dewa Narada tahu hal itu. Ia pun berkata kepada Dewa Anta, “Mengapa kau belum menyerahkan bahan bangunan untuk pembangunan balai pertemuan?”. Dewa Anta menjawab dengan sedih,
Dewa Anta : Aku bukannya tidak ingin menyerahkan bahan bangunan. Tetapi lihatlah. Aku kan tidak mempunyai kaki dan tangan. Bagaimana aku bisa membawa bahan bangunan itu?
Sambil berkata demikian, air mata Dewa Anta menetes tiga butir. Anehnya, ketika sampai ke tanah, tetesan air mata itu berubah menjadi tiga butir telur. Dewa Narada menyarankan agar tiga butir telur itu dipersembahkan kepada Batara Guru.
Dewa Anta : Ya, itu ide bagus. Akan aku persembahkan tiga butir telur ini.
Maka pergilah Dewa Anta menghadap Batara Guru dengan membawa tiga butir telur di dalam mulutnya. Ditengah perjalanan Dewa Anta bertemu dengan Burung Garuda. Bertanyalah Burung Garuda kepada Dewa Anta, “Mau kemana, Dewa Anta?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Dewa Anta diam tidak menjawab, sebab ia takut kalau telur yang dibawanya jatuh dan pecah. Berulang-ulang Burung Garuda bertanya, tetapi tetap tak ada jawaban dari Dewa Anta. Burung Garuda menjadi marah. Diterjangnya Dewa Anta berkali-kali. Akibatnya, telur-telur yang ada di dalam mulut Dewa Anta terjatuh. Dua telur pecah, dan dari dalamnya keluarlah dua ekor babi hutan. Satu telur yang tersisa disimpan baik-baik dalam mulut Dewa Anta.
Dewa Anta lalu melanjutkan perjalanan menghadap Batara Guru. Sesampainya di sana, Dewa Anta menceritakan alasan kenapa ia tidak bisa menyerahkan bahan bangunan, dan hanya bisa membawa satu butir telur. Ia lalu meminta maaf.
Dewa Anta : Maafkan aku, Batara Guru. Semoga satu butir telur ini dapat menebus kesalahanku, karena hanya ini yang bisa kuserahkan padamu.
Mendengar cerita itu, Batara Guru memaafkannya. Oleh Batara Guru, telur itu diserahkan lagi kepada Dewa Anta untuk dibawa pulang. Setelah menetas baru diserahkan kepada Batara Guru. Maka pulanglah Dewa Anta membawa telur itu.
Setelah beberapa hari, telur tersebut menetas. Dan dari telur itu lahir seorang bayi perempuan yang sangat mungil dan cantik. Ia diberi nama Sangiang Sri. Setelah menginjak dewasa, Sangiang Sri semakin terlihat kecantikannya.
Melihat kecantikan Sangiang Sri, Batara Guru ingin menikahinya. Namun semua dewa tidak setuju. Walaupun demikian, Batara Guru tetap pada pendiriannya untuk menikahi Sangiang Sri.
Melihat sikap Batara Guru yang keras kepala, para dewa berusaha menggagalkan perkawinan itu. Mereka menyembunyikan Sangiang Sri ke dalam hutan. Namun dalam persembunyian itu terjadi musibah. Sangiang Sri meninggal akibat bisa ular saat sedang mencari jamur di hutan. Maka dengan sedih hati, semua dewa menguburkan Sangiang Sri di bumi.
Selang beberapa waktu, dari makam Sangiang Sri tumbuh rerumputan yang memiliki butir-butir buah di ujungnya. Melihat hal itu, Dewa Anta berkata,
Dewa Anta : Tanaman yang muncul dari makam Sangian Sri kelak akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Beritahukan kepada rakyat agar memelihara tanaman ini dengan baik. Karena dari tanaman ini mereka mendapatkan makanan pokok.
Sejak saat itu, rakyat memelihara tanaman itu dengan sebaik-baiknya hingga tumbuh subur sampai berhektar-hektar. Mereka tidak lagi kekurangan makanan. Lalu tanaman itu dinamakan padi. Dan Sangiang Sri kini dikenal dengan sebutan Dewi Padi.
No comments:
Post a Comment